Terungkap! Firaun Tutankhamun Ternyata Meninggal Karena Kombinasi Penyakit Genetik Dan Malaria, Bukan Kutukan Seperti Yang Lama Diyakini – Photo By National Geographic
PANGKALPINANG, INDONESIA – Setelah lebih dari tiga milenium menjadi misteri, penyebab kematian Firaun muda Tutankhamun akhirnya terungkap melalui analisis DNA dan teknologi medis modern. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association mengungkap bahwa Tutankhamun, yang wafat pada usia sekitar 19 tahun, kemungkinan besar meninggal akibat kombinasi infeksi malaria dan kelainan genetik yang diwarisi dari pernikahan sedarah dalam keluarga kerajaan Mesir kuno.
Tim peneliti yang terdiri dari ahli dari Mesir, Jerman, dan Italia melakukan analisis DNA dan CT scan terhadap 11 mumi kerajaan, termasuk Tutankhamun sendiri. Hasilnya menunjukkan bahwa Firaun muda ini menderita beberapa kelainan kesehatan, termasuk kaki pengkor (clubfoot) dan nekrosis tulang akibat penyakit Köhler, yang menyebabkan kerusakan pada tulang kaki kirinya. Kondisi ini menjelaskan temuan lebih dari 130 tongkat di makamnya, yang kemungkinan digunakan sebagai alat bantu jalan.
Selain itu, DNA dari parasit Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika yang mematikan, ditemukan dalam tubuh Tutankhamun dan beberapa anggota keluarganya. Infeksi malaria ini, dikombinasikan dengan sistem imun yang lemah akibat kelainan genetik, diyakini menjadi faktor utama yang mempercepat kematiannya. Salah satu teori menyebutkan bahwa patah tulang paha yang dialaminya, kemungkinan akibat jatuh, menjadi fatal ketika dikombinasikan dengan infeksi malaria yang parah.
Analisis DNA juga mengungkap bahwa orang tua Tutankhamun kemungkinan adalah saudara kandung, yaitu Firaun Akhenaten dan saudara perempuannya yang tidak diketahui namanya. Pernikahan sedarah seperti ini umum terjadi di kalangan keluarga kerajaan Mesir kuno untuk menjaga kemurnian garis keturunan, namun sering kali menghasilkan keturunan dengan berbagai kelainan genetik.
Penelitian ini juga menepis teori-teori sebelumnya yang menyebutkan bahwa Tutankhamun menderita sindrom Marfan atau gynecomastia, karena tidak ditemukan bukti genetik yang mendukung klaim tersebut. Sebaliknya, representasi artistik yang menggambarkan fisik feminin pada masa pemerintahan Akhenaten kemungkinan besar merupakan gaya seni yang disengaja, bukan cerminan kondisi fisik sebenarnya.
Penemuan ini tidak hanya menjawab misteri lama mengenai penyebab kematian Tutankhamun, tetapi juga memberikan wawasan baru tentang praktik pernikahan sedarah di kalangan kerajaan Mesir kuno dan dampaknya terhadap kesehatan keturunan mereka. Dengan teknologi modern, para ilmuwan kini dapat mengungkap rahasia yang telah terkubur selama ribuan tahun, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dan kematian salah satu tokoh paling ikonik dalam sejarah Mesir.
====================================================================
Reference :
====================================================================
Content Writer
Raynold Anthonio Sebastian ( Bastian )
Editor
Raynold Anthonio Sebastian ( Bastian )